Profil Facebook Nyoman Ekayana

Cari di blog ini

Links

Followers

Advertisers


Masukkan Code ini K1-B133A2-E
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

04 Juni 2008

Tujuan spesifik Wawancara

Oleh Satrio Arismunandar

Tujuan wartawan melakukan wawancara adalah untuk memperoleh informasi. Namun informasi macam apa yang ingin digali, bisa dirinci sebagai berikut:
Untuk memperoleh fakta. Guna memperoleh fakta yang penting dari suatu wawancara, reporter harus menemukan sumber yang kredibel dan bisa dipercaya, dengan informasi akurat. Wartawan bisa saja mewawancarai orang yang kebetulan ditemui di jalan untuk dimintai pendapatnya tentang kondisi krisis ekonomi Indonesia. Ucapan orang itu mungkin bagus untuk dikutip, namun tidak memiliki kredibilitas. Seorang ekonom jelas lebih kredibel diwawancarai tentang kondisi ekonomi, walaupun ekonom sering bicara dengan jargon-jargon disiplin ilmunya yang harus diterjemahkan ke bahasa yang mudah dimengerti.

Untuk mencari kutipan. Begitu wartawan sudah menyelesaikan riset faktual untuk tulisannya, wartawan itu perlu menambahkan sesuatu agar tulisannya lebih menarik. Misalnya, wartawan itu sudah mengumpulkan data statistik tentang penyaluran kredit dari bank pemerintah untuk pedagang kaki lima. Kemudian, wartawan itu mewawancarai seorang pedagang kaki lima dan karyawan bank yang mengurus perkreditan. Tulisan itu sebenarnya secara statistik sudah akurat tanpa tambahan wawancara. Namun pembaca dapat lebih menghayati makna statistik itu dengan membaca kutipan wawancara mereka yang terlibat atau menjadi penerima penyaluran kredit tersebut.

Untuk mengumpulkan anekdot. Penuturan cerita anekdot dapat memberi tambahan warna dan wawasan pada tulisan.
Untuk memberi karakter pada situasi. Wartawan dapat menggunakan reaksi seseorang di lokasi peliputan untuk memberi karakter pada situasi. Misalnya, dalam meliput korban gempa bumi, wartawan menemukan seorang perempuan tua berdiri di depan reruntuhan bangunan, yang dulu pernah menjadi rumahnya. “Lima puluh tahun kehidupan saya hancur dalam waktu kurang dari satu menit, ketika seluruh atap dan bagian bangunan lantai dua ambruk sampai rata dengan tanah,” ujar perempuan itu. Dengan mengutip ucapan itu, wartawan tersebut dapat memberi karakter pada peristiwa gempa bumi, dengan cara khas yang akan diingat oleh pembaca.

Untuk mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui. Kadang-kadang wartawan membutuhkan seseorang untuk membenarkan atau membantah sebuah tuduhan atau sejumlah informasi, yang sudah diketahui sebelumnya. Wawancara untuk konfirmasi biasanya berarti wartawan sudah tahu jawabannya sebelum mengajukan pertanyaan, dan wartawan itu siap mengkonfrontasikan apapun jawaban pemberi wawancara dengan informasi yang sudah diketahui wartawan bersangkutan.

Untuk menunjukkan bahwa wartawan berada di tempat kejadian. Reporter kadang-kadang dimunculkan dalam tulisan, hanya untuk menunjukkan bahwa suratkabar atau stasiun televisi bersangkutan meliput berita dengan reporternya sendiri. Untuk maksud itu, yang diperlukan hanyalah satu-dua kutipan singkat dari pemberi wawancara, sekadar untuk menunjukkan bahwa reporter berada di sana dan memberi tambahan warna pada berita. Berita tentang bencana alam dan konferensi pers termasuk dalam kategori ini. Kantor berita biasanya akan menyiarkan berita tentang bencana alam atau hasil konferensi pers, namun setiap media tetap mengirim reporternya sendiri untuk memperoleh angle (sudut pandang penulisan) yang berbeda.

Figur untuk Diwawancarai

Orang menjadi bagian dari berita, dan perlu diwawancarai, karena beberapa alasan. Alasan itu antara lain:
Pekerjaan mereka penting. Pejabat negara, direktur utama perusahaan swasta, komandan militer, pemimpin organisasi massa, pemimpin organisasi profesi, bahkan tokoh kejahatan terorganisasi semacam mafia atau yakuza, diakui karena posisi yang mereka miliki. Jabatan pekerjaan mereka menjadikannya juru bicara bagi profesinya dan untuk isu-isu yang mempengaruhi kepentingan mereka.

Mereka mencapai prestasi yang penting. Kalangan selebritis, seniman, bintang film, pemusik, dan atlet profesional menjadi terkenal karena prestasi yang telah mereka ukir di bidang masing-masing. Masyarakat menikmati karya mereka, serta membayar dan menghargai mereka untuk apa yang sudah mereka lakukan.

Mereka dituduh melakukan kejahatan yang penting. Seorang gelandangan yang mengaku melakukan praktek sodomi dan pembunuhan terhadap sejumlah anak kecil mendapat perhatian publik, bukan karena profesi atau jabatannya, tetapi karena perbuatannya yang mengerikan. Hal serupa berlaku untuk seorang perampok yang membunuh satu keluarga dalam suatu aksi perampokannya.

Mereka mengetahui sesuatu atau seseorang yang penting. Seorang sekretaris, yang kebetulan menyimpan memo --yang kemudian menjadi bukti penting dalam suatu kasus korupsi yang menjebloskan seorang gubernur ke penjara—untuk waktu tertentu menjadi berita. Sekretaris Presiden Bill Clinton pernah jadi sumber berita, karena dianggap menjadi saksi kunci yang mengetahui perselingkuhan Clinton dengan seorang gadis pekerja magang di Gedung Putih yang menghebohkan itu. Teman-teman seorang bintang film atau teman lama seorang presiden sering menjadi sumber berita karena kedekatan pertemanannya dengan bintang film atau presiden tersebut.

Mereka menyaksikan sesuatu yang penting terjadi. Saksi-saksi suatu peristiwa kejahatan atau peristiwa publik yang penting dapat memberikan informasi tentang kesaksiannya itu, sehingga wartawan dapat menjelaskan suatu peristiwa secara rinci.

Sesuatu yang penting telah menimpa mereka. Korban perampokan dan pencurian, korban yang selamat dari sebuah pesawat yang jatuh, atau orang yang tiba-tiba memenangkan lotere berhadiah besar, akan menarik dijadikan berita karena tragedi atau kegembiraan mendadak yang muncul dari peristiwa tersebut. Orang yang memperoleh penghargaan –seperti Tokoh Pejuang Lingkungan atau Tokoh Pembela Hak Asasi Manusia Tahun 2000—layak menjadi berita karena alasan yang sama.

Mereka mewakili sebuah kecenderungan nasional yang penting. Penumpang yang terperangkap di bandar udara karena ada pemogokan massal oleh karyawan bandar udara, pasangan muda yang tak mampu membeli rumah tapi sudah terlanjur punya anak, mahasiswa yang kesulitan membayar biaya kuliah di tengah krisis ekonomi—masing-masing orang ini mewakili suatu perubahan sosial dalam komunitas nasional.

Wartawan mungkin ingin mewawancarai mereka karena salah satu atau beberapa alasan sekaligus. Mungkin saja kategori-kategori ini tumpang-tindih. Ketika di mobil artis Desy Ratnasari oleh polisi ditemukan obat terlarang, misalnya, setidaknya dua kategori sudah terpenuhi: Desy sebagai figur selebritis yang sudah mencapai prestasi tertentu di bidang keahliannya, dan tuduhan keterlibatannya dalam kejahatan narkotika. Dengan makin banyaknya kategori yang tercakup, makin banyak informasi dan warna yang bisa dituliskan.

Tulisan yang Mengandalkan Wawancara

Wawancara adalah kunci bagi jurnalis untuk menggali informasi. Tulisan yang informatif dan menghibur berasal dari wawancara-wawancara yang diselenggarakan dan diorganisasikan dengan baik. Ada empat macam tulisan yang mengandalkan hasil wawancara.
News Story. Umumnya, setiap news story melaporkan berdasarkan standar 5 W (apa, siapa, mengapa, kapan, di mana) dan kadang-kadang ditambah 1 H (bagaimana suatu peristiwa terjadi).

News Feature. Sebuah news feature sering secara seksama mengulas aspek “bagaimana” dan “mengapa” dari sebuah news story, atau memberikan rincian latar belakang tentang “siapa” dan “apa.” Sebuah news feature bisa dimuat berdampingan dengan sebuah news story untuk menjelaskan beberapa aspek dari peristiwa yang diberitakan, atau sebuah news feature juga bisa menjadi tulisan susulan dari sebuah news story.

Profil. Tujuan tulisan profil adalah memfokuskan pada satu orang. Jika figur yang mau diprofilkan sudah cukup dikenal pembaca, maka tulisan ini harus menyajikan suatu aspek/unsur yang baru dari figur tersebut bagi para pembaca. Jika figur tersebut belum dikenal sama sekali oleh pembaca, wartawan harus secara utuh menggambarkan karakter figur tersebut. Kadang-kadang apa yang diperbuat oleh figur tersebut lebih penting dari yang ia katakan.

Tulisan Investigatif. Sebuah tulisan investigatif menjawab aspek “bagaimana” dan “mengapa” secara jauh lebih mendalam ketimbang sebuah news story menjawab “apa.” Tulisan investigatif bisa tercipta karena ada wartawan yang bersedia meluangkan waktu dan tenaga, untuk menyelidiki sesuatu di balik apa yang biasanya sudah diketahui mengenai peristiwa tertentu.

Round-Up. Tulisan yang bergaya simposium ini memberikan perspektif kepada pembaca tentang suatu isu yang sedang hangat, dengan cara mengumpulkan pendapat dari sejumlah orang. Seorang wartawan dapat melaporkan sebuah round-up opini atau komentar tentang sebuah isu tertentu. ***

sumber : Satrio Arismunandar

Komentar :

ada 0 komentar ke “Tujuan spesifik Wawancara”

donate here

VOA News: Asia

BBCIndonesia.com | Berita Dunia | Indonesian News index

ANTARA - Berita Terkini

KOMPAS.com - Nasional

BALIPOST.com

detiknews - detiknews

Liputan6 - Aktual Tajam dan Terpercaya: RSS 0.92

Sindikasi welcomepage.okezone.com

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga LP * modified by eka DOT